Memandang Belajar dari Rumah sebagai Solusi Membangun Konsep Diri
September 16, 2020
Cerdas berkarakter adalah salah satu aspek
fundamental yang pemerintah harapkan ada dalam diri generasi muda, yaitu para
peserta didik di seluruh wilayah Indonesia. Bayangkan memiliki insan muda yang
tidak hanya cerdas namun juga memiliki karakter yang unggul. Pastilah hal itu
menjadi modal yang sangat besar bagi kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, dalam kurikulum yang diimplementasikan di
sekolah-sekolah, pemerintah menempatkan Pendidikan Karakter (character building) di posisi penting
yang menjadi salah satu aspek penilaian dari peserta didik. Bisa kita lihat,
sejak diterapkannya kurikulum ini (Kurikulum 2013), guru-guru diharapkan mampu
memberi ‘suntikan’ atau pesan-pesan yang membangun terbentuknya karakter pada
saat proses pembelajaran, juga dalam buku-buku teks keluaran Kemendikbud
ditemukan kolom-kolom refleksi yang dapat membantu peserta didik menggali
nilai-nilai moral dalam setiap materi pelajaran yang dipelajari.
Namun, bagaimana jika proses pembelajaran terpaksa
harus diubah saat pandemi? Saat siswa dan guru tidak lagi punya kesempatan
bertatap muka langsung, tentu hal itu sedikit banyak mempengaruhi proses
tersampaikannya pelajaran dan juga penguatan pendidikan karakter di dalamnya.
Banyak sekali kendala yang dirasakan menghambat kelancaran proses
belajar-mengajar. Akan tetapi, apabila kita mau melihat sisi positif dari
keadaan yang sudah buruk ini, sesungguhnya ada banyak keuntungan dan kesempatan
yang bisa kita ambil.
Dengan berlangsungnya pembelajaran daring, siswa
menjadi punya waktu yang lebih luas untuk mengeksplorasi konsep dirinya. Menurut Carl Rogers, penemu psikologi humanistik,
konsep diri adalah pengetahuan seseorang tentang siapa dirinya, baik tentang
kepribadian, kemampuan, dan perilaku. Meski Kurikulum 2013 telah
dirancang untuk melatih kemandirian peserta didik, tidak dapat dipungkiri
ketatnya jam belajar di sekolah seringkali membuat siswa merasa tidak memiliki
kemampuan untuk mengenali dan melatih diri sendiri. Namun, program Belajar dari Rumah seakan menjawab
masalah yang sering luput dari perhatian ini.
Saat pembelajaran daring, mau tidak
mau siswa harus mampu mendisiplinkan dirinya sendiri agar bisa mengikuti
pembelajaran dengan lancar. Mulai dari pagi hari, tidak ada bel nyaring yang
memaksa untuk harus duduk dan mulai belajar. Sebaliknya, mereka harus dengan
penuh kesadaran bangun dan menyiapkan diri untuk belajar dan mengisi presensi,
atau mereka akan ketinggalan pelajaran tersebut. Dengan sistem independen
seperti ini, pada akhirnya peserta didik akan mampu menemukan nilai-nilai diri yang
kurang dari mereka dan langkah memperbaiki kekurangan tersebut. Ditambah dengan
sisipan pesan-pesan pendidikan karakter yang masih diberikan oleh guru meski
hanya lewat virtual, hal itu mampu semakin memotivasi siswa agar bisa terus
bersemangat mengikuti pembelajaran daring sambil berusaha menguatkan
nilai-nilai karakter dalam diri mereka.
Akhirnya, dapat kita simpulkan
bahwa sama seperti hal tidak terduga lainnya, hal itu bisa menjadi sesuatu yang
baik jika kita memiliki pandangan dan sikap yang positif terhadapnya. Pembelajaran
daring yang dianggap ‘masalah’ oleh banyak pihak ini bisa kita alihkan sebagai ‘solusi’
terhadap permasalahan siswa yang selama ini merasa waktunya habis di sekolah
sehingga tidak punya banyak waktu berkualitas untuk mengenali diri sendiri. Sejatinya
pendidikan karakter berasal dari diri sendiri dan bisa dipelajari melalui media
apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Selamat Belajar
dari Rumah, mari belajar dan membangun karakter diri semerdeka mungkin!
2 komentar
Kereen. 👏👏
BalasHapusTerimakasih pak bimbingannya! :)
Hapus