Itaewon Class, Drama Penuh Realita yang Membuka Mata
April 02, 2020
![]() |
Itaewon Class, via Pinterest |
Biasanya, se-overrated apapun suatu drama, aku baru bisa nyelesain satu judul paling banter seminggu, itupun kadang berhenti di tengah dan kadang langsung loncat ke episode terakhir karena ga kuat megap-megap liat konflik di tengah yang sangat maeldo andwae (ga masuk akal) atau karena konfliknya terlalu landai. (Tinggal nonton aja banyak maunya, hiks.)
Jadi dengan postingan ini, aku mau kasih tahu kelebihan Itaewon Class yang literally bikin aku nggak tidur dan ngebut selama tiga hari, jeda karena tes doang, hehe.
Dengan premis yang aku yakin sudah digunakan untuk belasan atau bahkan puluhan judul drama lain, yaitu social gap antara si miskin dan si kaya dan bagaimana si kaya selalu punya tendensi untuk menekan pihak yang lebih lemah, drama ini mengangkatnya dengan sudut pandang yang fresh dan tidak monoton. Emosi penonton bener-bener dimainkan dengan baik dengan setiap adegan dan plot twist yang tak terduga.
Semua karakter, baik yang protagonis maupun antagonis, benar-benar dieksplor emosi dan perlawanan-perlawanan batinnya. Bagaimana uang berbicara, dan apa yang bisa dilakukan Park Saeroyi—sebagai tokoh utama yang awalnya powerless, untuk tetap teguh pada prinsipnya tanpa membuatnya kehilangan jati diri. Hal yang menurutku penting banget dipelajari anak muda.
2 Kesuksesan yang tidak dreamy dan seinstan indomi ayam geprek
![]() |
credit : Pinterest |
Dalam rangka pembalasan dendam, Park Saeroyi yang awalnya tidak memiliki apa-apa bercita-cita mengalahkan sebuah perusahaan nomor satu di Korea. Bukan lagi di tingkat distrik atau wilayah, ini mau ngalahin tingkat negara. Dengan latar belakang pendidikan dan status sosial yang sangat tidak memungkinkan, Saeroyi tidak lantas menyerah dan hal inilah yang jadi core atau inti dari drama yang menurutku seru banget.
Saeroyi harus memakan waktu yang lama untuk mewujudkan mimpinya. Sedikit demi sedikit. Dijegal sana sini. Mengumpulkan setiap pundi uang, berinvestasi, membangun koneksi hangat dengan orang-orang kepercayaannya. Hingga pada akhirnya ia berhasil meraih bahkan lebih dari apa yang semula diharapkannya. (ups, spoiler guys)
Kenapa hal ini jadi nilai plus buatku?
Karena aku cukup sering ngebaca beberapa artikel yang mengatakan kalau millenials jaman sekarang terlalu terpatri pada kesuksesan di usia muda—25 tahun sudah jadi CEO, sudah punya rumah gedong yang ada liftnya—which is good and inspiring, tapi menjadikan generasi ini jadi gampang minder dan ambyar. Beberapa orang memang beruntung bisa sukses dalam usia begitu muda, tapi bukan berarti yang masih mencoba meraba-raba jalan buat bisa sukses harus minder.
Dari drama ini, cerita kesuksesan Saeroyi benar-benar digambarkan mulai dari nol. Bagaimana ia secara tekun dan ulet memperjuangkan mimpinya dengan segala perjuangan hebat meski orang-orang terdekatnya menyuruhnya untuk berhenti. Success does comes at a price.
Baru kali ini ada drama Korea yang mengangkat beberapa isu sensitive sekaligus yaitu rasisme dan LGBT. Di tengah pro-kontra masyarakat, drama ini hadir membawa pesan tersendiri.
Melalui karakter Toni Kim, blasteran Korea-Guinea, diangkatlah isu rasisme di Korea dimana ras berkulit hitam masih mendapat diskriminasi di beberapa tempat umum. Dan bagaimana pernikahan antar ras yang dilakukan orangtua Toni masih merupakan hal yang jarang terjadi sehingga sulit diterima oleh keluarga.
Dilansir dari sebuah artikel di Jakarta Post, melalui karakter Toni, kita juga bisa tahu bahwa di Korea tepatnya di Itaewon—tempat yang begitu diverse di Korea karena kebanyakan orang asing tinggal disana, orang asing selalu dianggap pasti bisa berbahasa Inggris. Toni Kim yang berasal dari Guinea justru fasih berbahasa Perancis dan Korea, namun sama sekali tidak fasih berbahasa Inggris. Fakta yang menarik juga, ya nggak?
Kemudian isu transgender datang dari karakter Ma Hyun-yi. Tentu, sudah menjadi rahasia umum bahwa isu ini masih sangat sensitif di masyarakat terutama di budaya Timur sehingga Hyun-yi pun mengalami beberapa kesulitan mengenai identitas barunya.
Girl Power
![]() |
Yi-seo, via Pinterest |
Akhirnya sampailah kita di poin favoritku.
Girl power.
Cewek-cewek yang ada di drama ini punya karakter yang sangat kuat dan inspiring. Di drama ini ditunjukkan bagaimana wanita bisa memegang role yang penting, baik dalam pekerjaan maupun hubungan percintaan.
Dimulai dari cinta pertamanya Saeroyi, Oh Soo-ah yang awalnya tinggal di panti asuhan. Sejak awal, Soo-ah selalu digambarkan sebagai wanita yang mandiri dan tahu apa yang dia mau. Meski terkesan egois, tapi menurutku karakter ini mampu mengajarkan apa artinya self love. Ia mencintai diri sendiri dengan selalu teguh pada mimpi besarnya sejak dia remaja dengan sebisa mungkin tidak bergantung pada orang lain.
Lalu ada Jo Yi-seo, tokoh wanita utama yang juga digambarkan sebagai seorang sosiopat. Sama seperti Soo-ah, sebagai wanita, Yi-seo tahu apa yang dia mau. Bahkan ia mampu mengambil pilihan yang sangat penting dan riskan dalam hidupnya, yaitu tidak kuliah dan memilih bekerja membantu Saeroyi tanpa ragu. Karena dia tahu apa yang ia lakukan.
Dalam konteks percintaan, aku suka bagaimana Yi-seo, sebucin bucinnya dia sama Saeroyi, dia bisa played it cool dan sama sekali nggak menye-menye dan murahan. Justru…. Yi-seo menjadi sosok yang dibutuhkan Saeroyi dan jadi makin hebat dari waktu ke waktu karena begitu pintar dan kompeten. Yi-seo mendukung mimpi orang yang ia cintai dengan tindakan dan membuktikan bahwa wanita juga bisa membukakan jalan bagi laki-lakinya untuk mencapai mimpi.
Tentunya dari kedua karakter cewek itu, penonton jadi terdorong untuk jadi sosok yang lebih baik untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Menjadi wanita yang powerful dan nggak bergantung pada laki-laki.
So.. itu tadi semua hal (yang bisa aku pikirin) menarik tentang Itaewon Class. Drama ini mencetak rating tinggi di episode terakhirnya dan menjadi drama JTBC berating tinggi kedua setelah Sky Castle. Pokoknya, drama ini worth it banget untuk mengisi waktu #DiRumahAja. Bahkan kalau kamu selama ini nonton drama hanya buat berbaper-baper ria ngeliat dua orang saling ngebucin, drama ini tetap bisa ngasih itu (dijamin geregetan!).
0 komentar