Lebaran Tahun Ini
Mei 25, 2020Takbir berkumandang. Sayup-sayup terdengar satu-dua suara petasan yang lantas semakin keras dan berulang. Kembang api membuncah di atas atap rumah. Seperti malam-malam lebaran yang lalu, hampir semua rumah mempersiapkan toples-toples roti yang disejajarkan di atas meja, tidak ada tamu pun tak apa, bisa dimakan sendiri.
Jalan-jalan sepi tanpa takbir keliling. Tidak ada kilau lampion yang selama ini menambah semarak. Pemuda-pemuda desa berkumpul di beberapa titik, menjaga desa agar tidak dimasuki wabah itu. Sepinya jalan membawa sendu sampai ke dalam rumah. Semakin menegaskan bahwa,
Lebaran tahun ini berbeda.
Sementara para remaja mengunggah foto telapak tangan terbuka, dan saling menyebar ucapan maaf setelahnya, beberapa orangtua memilih tidur lebih awal. Setengah hati menyangsikan keputusan pemerintah untuk membatasi silaturahmi, atau menutup pintu sekalian. Tapi apa boleh buat, berita di berbagai media semakin membuat mengelus dada. Angka itu semakin tinggi, wabah mulai gesit memasuki wilayah-wilayah sekitar. Demi kesehatan dan kebaikan semua, untuk kali pertama seumur hidup, perayaan hari raya secukupnya saja.
Pagi harinya, sholat id tetap digelar di berbagai desa. Selain harus memakai masker, menyemprot hand sanitizer, dan tidak saling berjabat tangan, semua terasa sama. Rasa haru biru setelah sholat karena merindukan sosok-sosok yang diharapkan ada untuk merayakan hari raya Bersama-sama tetap terasa. Kali ini lebih pekat. Lebaran tahun ini terasa biru.
Sementara itu, di depan makanan-makanan yang terjajar rapi, orang-orang tua yang sudah lanjut dan sering lupa, bertanya-tanya, mengapa hari ini begitu sepi? Mengapa tidak banyak orang yang datang? Tatapan rentanya menerawang jauh ke luar jendela, mencari-cari. Namun, sampai sore hari, hanya sedikit yang datang. Sampai ia kembali teringat, wabah itu membuat lebaran tahun ini tak sama lagi.
Memang tidak mudah menikmati hari raya yang tak sesemarak biasanya. Namun, di ujung hari, kita bisa menarik nafas lega karena ternyata berhasil melakukannya. Maaf sudah tersampaikan pada orang-orang tersayang yang terpisah berkilometer jauhnya, doa sudah dipanjatkan pada mereka yang sudah tiada.
Tanpa baju baru dan tanpa bertemu yang sudah lama dirindu, wabah ini tidak lantas benar-benar merenggut hari raya dari hidup kita. Karena apapun yang terjadi, kembali fitri seharusnya selalu menjadi tujuan Utama. Dengan tulus meminta maaf dan memaafkan serta menerima keadaan, selamat, tahun ini kita semua berhasil berlebaran dengan hati.
Jawa Tengah, 25 Mei 2020
Salma
0 komentar