Memperbaiki Cinta Kepada-Nya dalam Ramadan di Masa Pandemi

April 04, 2022

Ilustrasi | Pinterest

Pandemi sudah membersamai kehidupan kita sejak pertengahan 2020. Itu artinya, sudah lebih dari dua tahun kehidupan kita serba terbatas karena virus yang bisa saja menyerang dan menulari orang terdekat. Ramadan kali ini masih dalam suasana pandemi. Meski, alhamdulillah, sudah lebih longgar dari tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa kampus dan hampir semua sekolah formal (SD--SMA negeri) sudah kembali buka. Lebih banyak masyarakat yang sudah vaksin. Bahkan acara-acara publik sudah mulai digelar. Rasanya pandemi sudah tinggal cerita, namun entah kenapa masih saja ada dan memang perlu diantisipasi.

Nah, meskipun pandemi memang banyak mendatangkan kesedihan, kalau dilihat dari sisi lain, dengan adanya musibah ini kita jadi bisa bersyukur dan memaknai semua hal baik dengan lebih dalam. Termasuk bulan Ramadan ini. Sebagian besar orang, termasuk aku, masih berkesempatan menghabiskan banyak waktu di rumah. Ada banyak waktu pula yang bisa digunakan untuk berpikir dan berkontemplasi tentang banyak hal.

Meski begitu, semua hal yang berlebihan tentunya tidak baik, termasuk berpikir. Momen bulan Ramadan dapat membantu kita untuk memilah pikiran apa saja yang boleh masuk kepala. Ternyata, kita punya power untuk hal tersebut; pilah-memilah. Oleh karena Ramadan berhubungan erat dengan ketuhanan, ibadah, dan spiritualitas, maka di bulan Ramadan yang masih memiliki sedikit nuansa pandemi ini, rasanya lebih mengena bila pikiran yang biasanya kosong dan ngalor ngidul kita gunakan untuk mengingat-Nya.

Belakangan ini, ada beberapa konsep baru yang aku pelajari. Berawal dari ceramah Ustazah Yasmin Mogahed dan juga buku beliau berjudul Reclaiming Your Heart, aku sadar bahwa ada fondasi yang salah dalam hubungan antara aku dengan Tuhan. Hubungan ini ternyata lebih berlandaskan kepada rasa takut dibanding rasa cinta, sampai-sampai banyak ibadah yang dilakukan hanya karena itu wajib namun tidak terasa sampai hati. Padahal, Tuhan Yang Maha Cinta juga pengen dicintai balik oleh hamba-Nya. 

Dalam Ramadan kali ini, ingin rasanya aku memperbaiki pemahaman tersebut. Agak susah memang karena rasanya ketakutan dan segala keterpaksaan tersebut sudah melekat sejak kecil. Namun ternyata, bila diingat-ingat kembali, selama ini Dia benar-benar sedekat nadi. Selalu ada dan tidak pernah pergi. Masa sih aku tidak bisa jatuh hati?

Selamat Ramadan semua.

You Might Also Like

0 komentar