­

Hindia : musician with the most honest songs I've ever heard (+ lirik Untuk Apa)

Agustus 08, 2020

 



Hindia atau Baskara Putra adalah musisi asal Jakarta. Pada tahun 2012, dia mendirikan band rock, .Feast, lalu mengawali karir solo pada tahun 2018. (Wikipedia)

Aku sendiri pertama kali mendengar lagunya beberapa bulan lalu. Evaluasi, judul lagu itu kudengar malam-malam dan langsung menguras emosi, ehehee. Pokoknya langsung jatuh hati banget! Selama ini aku juga denger musisi indie lain, tapi cuma satu-dua lagu aja yang bener-bener aku suka.

Eh tapi mas Baskara ini berhasil bikin aku betah ndengerin semua lagunya. Semuanya. Dari masalah hati, mental illness, mimpi, realitas, sampai korona semua dituangkan dengan begitu bagus dalam lirik dan melodi lagunya. Caranya nyanyi juga fits the vibes too well.

Kalau kamu dengerin lagunya, setiap liriknya itu sebenarnya sederhana tapi lugas dan seakan bisa melihat apa yang selama ini coba kita pendam. Lagu-lagu Hindia mengajak kita untuk kembali berkaca, pada diri sendiri, pada lingkungan sekitar. Banyak hal-hal minor yang kita (ingin atau sengaja) abaikan, dibawa dalam lagu-lagunya.

Terus nih, berapa banyak coba penyanyi yang bikin lagu buat deretan mantannya secara gamblang sampai nyebut nama-namanya? Jujur, waktu pertama denger Rumah ke Rumah, I was like seriously?!! Tapi lagunya enak-enak aja dan tidak ofensif, kok, kwkw. Malahan berasa semacam closure yang nyeni (?) /apasih

Coba aku kasih lirik salah satu lagunya yang paling menohok (dan paling PANJANG) ya, wkwk

Untuk Apa / Untuk Apa

Rumah ini dahulu sederhana

Ruang demi ruang dibangun bersama

Angan-angan yang dulu mimpi belaka

Kita gapai segala yang tak disangka

Tak sadar menimbun yang lebih berharga

Berdiri di atas yang lebih bermakna

Anak tangga yang berlebihan jumlahnya

Mendaki terus entah mau kemana?

Dan kau selalu bertanya, untuk apa?

Mengelak, kerap kutemukan jawabnya

Medusa dan semakin keras kepala

Seakan hidup hanya untuk bekerja

Mengejar mimpi sampai tak punya rasa

Mengejar mimpi sampai lupa k’luarga

Mengejar mimpi lupa dunia nyata

Mengejar mimpi tapi tidak bersama

Padahal katanya uang takkan kemana

Jika memang rezeki, kan ditransfer juga

Namun dikejar terus seakan satwa langka

Diprosesnya melintah lupa jadi manusia

Melihat Hawa jadi panas lupa cuaca

Tertiup angin buah jatuh digigit juga

Seakan perlu banyak seperti Dewa Siwa

Padahal manusia hanya bertangan dua

Kasur yang luas tapi bangun sendiri

Mobil maru mengkilat tanpa penumpang di kiri

Banyak sepatu minim privasi susah pergi

PS 4 Nintendo Switch tanpa player dua

Dan dahulu kau bertanya untuk apa?

Lalu ku perhatikan ini semua

Barang yang tidak ada harganya

Dan sekarang ku bertanya untuk apa?

Terlepas apa yang kau percayai

Tetap takkan ada yang dibawa mati

Kembali ke tanah dan tumbuh cemara

Mana saja harta yang lebih berharga

Menimbun surga yang tak bisa dibagi

Akhirnya pun wafat sendiri-sendiri

Mengangkat ikat rambutmu yang tertinggal

Di lengan kiri mobilku, terakhir kita menonton

Jariku tak juga kuat, sungguh janggal

Lebih berat dari seribu ton

Satu dari ribuan hal kecil

Yang sekarang menjadi terampil

Menggosok garam di atas luka

Dulu tak ada apa-apanya

Rute pagi yang dahulu ceria

Menu favorit yang kini hambar rasanya

Foto yang tak berani dilirik mata

Kontak sekarang jadi sebatas nama

Masing-masing selamat dan bercerita

Namun tidak lagi

Miliki bersama

Cepat namun sendiri, untuk apa?

Bersama tapi meracuni, untuk apa?

 

 

Bisa dilihat penulisan lirik lagu-lagunya itu naratif, ya. Seakan kita dibawa masuk ke keadaan yang coba digambarkan lewat lagu tersebut. Video klip dari lagu-lagu tersebut juga nggak yang muluk-muluk, malah di lagu Secukupnya yang menjadi soundtrack film ‘Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini’ video klip hanya berupa video amatir dengan kutipan-kutipan cerita orang-orang tentang struggle dan keresahan yang mereka alami selama ini. So deep. So true. Painfully relatable and beautifully honest.

Baru-baru ini, ada single baru yang berjudul Setengah Tahun Ini tentang situasi pasca korona. Gambar single nya berupa karangan bunga dari keluarga Mas Baskara untuknya, ucapan selamat atas kesuksesan album Menari dengan Bayangan. Dan ini cuplikan liriknya :

 

 Banyak omong tapi dari keluarga menengah,

Banyak gonggong tapi anjing datang ku jengah,

Banyak berkah, banyak celah hidup mudah, banyak tulah lahap menjilat ludah

 


You Might Also Like

0 komentar